Jumat, 31 Juli 2009

Imam Husain dan Tragedi Karbala

IMAM HUSAIN DAN TRAGEDI KARBALA[1]
A. Pendahuluan
Dalam rangkain sejarah peradaban manusia, rasanya sulit menemukan suatu hari layaknya hari karbala; hari yang indah, kolosal, dan penuh dengan semangat patriotis. Sangat sulit menemukan sosok pahlawan seperti pahlawan di karbala[2]; yang gagah berani, militan, dan siap mengorbankan nyawanya.
Keagungan yang lahir dari hari karbala bukan karena gempita syuhada' (orang-orang syahid) yang berani mati atau sekawanan tentara yang berhasil memperoleh kemenangan. Hari karbala itu penuh dengan keluhuran yang mampu mengguncang dunia karena berhasil mempertahankan kebenaran dan mengusung nilai pengorbanan dengan sangat indah dan istemewa.
Tragedi karbala[3] memang penuh dengan daya pikat jika dilihat dari berbagai sisi; dari kualitas kasus penyebab konflik, dari ketegaran kaum minoritas yang rela mengorbankan nyawa, dari jalannya pertempuran, dari rentetan peristiwa mencengangkan yang terjadi sebelumnya, ditambah ahkir kisah yang pedih dan memilukan.
Semua itu membuat hari karbala semakin istimewa dalam bingkai sejarah kepahlawanan, pengorbanan, dan semangat membela kebenaran yang senantiasa dikenang, meski pahlawan-pahlawanya telah meninggal dunia.

B. Riwayat Hidup Imam Husain bin Ali bin Abi Tholib
Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib dilahirkan pada tahun ke-tiga hijriyah dan wafat pada tahun ke-enam puluh satu hijriyah dalam usia kurang lebih lima puluh tujuh tahun.[4]
Sedangkan menurut riwayat lain Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib dilahirkan pada bulan Sya'ban, tahun ke-empat Hijriyah. Dan ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Imam Husain bin Ali dilahirkan pada hari kamis, tangal tiga Sya'ban tahun tiga hijriyah, di kota Madinah.[5]
Sebagaimana Imam Hasan, beliau juga mendapat didikan langsung dari Rasulullah SAW. Dan setelah Rasulullah meninggal, beliau dididik oleh ayahnya. Hingga akhirnya Imam Ali terbunuh dan Imam Hasan yang menjadi pimpinan saat itu. Namun Imam Hasan pun syahid dalam mempertahankan Islam. dan selanjutnya Imam Husain yang menjadi Imam. Imam Husain hidup dalam kedudukan yang paling sulit, hal Itu semua merupakan akibat adanya penekanan dan penganiayaan serta banyaknya kejahatan dan kedurjanaan yang dilakukan oleh pengikut Muawiyah. Bahkan yang lebih fatal lagi, Muawiyah menyerahkan kekhalifahan kaum muslimin kepada anaknya Yazid, yang dikenal sebagai pemabuk, penzina. Ketika itu banyak hukum-hukum Allah yang tidak diberlakukan, sunnah-sunnah Rasulullah ditinggalkan dan Islam yang tersebar bukan lagi Islam murni yang diajarkan oleh Muhammad SAW.[6]
C. Tragedi Karbala
Pertengahan abad pertama Hijriah, yaitu masa pasca kekhalifahan Imam Ali bin Thalib, Muawiyah yang tadinya menjabat gubernur Syam atas pilihan Utsman bin Affan mengangkat dirinya sebagai khalifah setelah berhasil menyingkirkan khalifah yang sah, yaitu Syayidina Ali.
Ketika Muawiah bin Abi Sufyan menemui ajalnya, anaknya yang bernama Yazid menggantikan kedudukannya di atas singgasana khalifah yang saat itu sudah benar-benar menyerupai kerajaan tiran. Seperti ayahnya, karena naik tanpa restu umat islam, Yazid mencari baiat dengan cara paksa dari umat muslimin. Di pihak lain, sebagai tokoh yang paling berpengaruh di tengah umat, putera Fatimah az-Zahro dan cucu tercinta Rasul, Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib yang tinggal di Madinah, diincar oleh Yazid. Beliau dikirimi surat dan pesan agar memilih satu diantara dua pilihan; berbaiat kepada Yazid atau mati.
Saat menolak pilihan pertama, yaitu berbaiat kepada Yazid, Imam Husain tiba-tiba diserbu ribuan surat dari penduduk Kufah, Irak. Mereka menyatakan siap mengadakan perlawanan bersenjata atas Yazid bin Muawiyah dan membaiat Imam Husain sebagai khalifah dengan syarat beliau datang ke Kufah untuk mengkordinasi dan mengkomandani pasukan perlawanan. Tadinya Imam Husein keberataan memenuhi ajakan itu karena orang Kufah sudah lama beliau ketahui sulit dipegang janjinya.
Namun, keberatan itu membuat beliau semakin dibanjiri surat, sampai akhirnya beliau tak kuasa untuk menolak saat surat-surat terakhir penduduk Kufah, yang berisikan ancaman mereka untuk mengadukan beliau kepada Allah di hari kiamat kelak, karena beliau telah menolak melawan penguasa tiran, beliau telah menyia-nyiakan kekuatan dan kesempatan yang tersedia untuk menumbangkan penguasa zalim dan kejam, beliau tidak mengindahkan jeritan, derita, dan harapan kaum mustahd'afin, serta beliau tidak berani mengorbankan jiwa dan raga demi melawan penguasa durjana. Sang Imam tak berkutik, meskipun beliau tahu semua itu belum tentu mencerminkan loyalitas penduduk Kufah.
Maka, meskipun dengan berat hati dan keyakinan penuh bahwa beliau akan menghadapi marabahaya, undangan penduduk Kufah itu akhirnya beliau penuhi. Beliau mengirim utusannya, Muslim bin Aqil untuk meninjau keadaan yang sesungguhnya di Kufah. Di Kufah, Muslim mendapati rakyat benar-benar sedang diterjang gelora semangat perlawanan. Karenanya, Muslim menyampaikan berita gembira itu kepada Imam Husain lewat surat. Imam Husain pun akhirnya berangkat menuju Kufah bersama rombongannya, tapi sebelumnya beliau singgah terlebih dahulu ke Mekkah.
Setelah rombongan Imam Husain sampai di kota Makkah, Beliau berdakwah dan membangkitkan semangat penduduk kota Makkah. ketika tiba musim haji, Imam Husain berkhutbah di depan khalayak ramai dengan khutbah singkat yang mengatakan bahwa beliau akan ke lraq menuju kota Kufah dengan berbagai pertimbangan, Selain kerena keamanan Imam Husain di Madinah sudah terancam, ribuan surat yang datangnya dari penduduk kota Kufah juga menjadi pendorong keberangkatan Imam Husain ke kota itu. Sehari setelah Beliau berkhutbah, Imam Husain berangkat bersama keluarga dan para pengikutnya menuju kota Kufah.
Ketika dalam perjalanan, ternyata keadaan kota Kufah telah berubah. Yazid mengirimkan lbnu Ziyad guna mengantisipasi keadaan. Wakil Imam Husain (Muslim bin Aqil), diseret dan dipenggal kepalanya. Orang-orang yang setia segera dibunuhnya. Penduduk Kufah pun berubah menjadi ketakutan, tak ubahnya laksana tikus yang melihat kucing.
Sementar itu, Sekitar tujuh puluh kilometer dari kota Kufah di suatu tempat yang bernama "Karbala", Imam Husain beserta rombongan yang berjumlah 72 orang; 40 laki-laki dan sisanya kaum wanita; yang terdiri dari keluarga bani Hasyim, baik anak-anak, saudara, sepupu dan saudara sepupu; telah dikepung oleh pasukan bersenjata lengkap yang berjumlah 4 ribu orang. Seorang demi seorang dari pengikut Imam Husain mati terbunuh. Tak luput keluarganya juga mati dibantai.
Kini tinggallah Imam Husain seorang diri, membela misi suci seorang Nabi, Beliau memiliki prinsip demi perintah Allah apapun boleh terjadi, asal agama Allah tetap tegak berdiri, badan pun boleh mati. Perjuangan Imam Husain telah mencapai puncaknya, tubuhnya yang suci telah dilumuri darah, rasa haus pun telah mencekiknya. Tubuh yang pernah dikecup dan digendong Rasulullah SAW. kini telah rebah di atas padang Karbala. Lalu datanglah Syimr, lelaki yang bertampang menakutkan, menaiki dada Imam Husain lalu memisahkah kepala beliau serta melepas anggota tubuhnya satu demi satu.[7]
D. Keutamaan-Keutamaan Imam Husain bin Ali
Imam Husain adalah putera dari Ali bin Abi Thalib ra, cucu Rasulullah SAW. dari anak perempuannya Fathimah ra. Mereka termasuk kalangan ahlul bait Rasu lullah SAW. yang memiliki keutamaan-keutamaan yang besar dan mendapat pujian-pujian dari Rasulullah SAW., di antaranya beliau bersabda:
إِنَّ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ هُمَا رَيْحَانَتَايَ مِنْ الدُّنْيَا
Sesungguhnya Hasan dan Husain adalah kembang harumku di dunia. (H.R Tirmidzi)[8]
Juga sabda beliau:
الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
Hasan dan Husain adalah sayyid (penghulu) para pemuda ahlul jannah. (HR. Tirmidzi) [9]
Juga sabda beliau:
حُسَيْنٌ مِنِّي وَأَنَا مِنْ حُسَيْنٍ أَحَبَّ اللَّهُ مَنْ أَحَبَّ حُسَيْنًا
Husain dariku dan aku dari husain, semoga Allah mencintai orang yang mencintai husain.(HR. Tirmidzi) [10]
Juga sabda beliau:
عن الْبَرَاءَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ عَلَى عَاتِقِهِ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ
Dari Barra’ bin ‘Azib, dia berkata: Aku melihat Al-Hasan bin Ali di atas pundak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau bersabda: “Ya Allah sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah dia.” (HR. Bukhari)[11]
Sedangkan dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW. bersabda dengan lafadz:
اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ وَأَحْبِبْ مَنْ يُحِبُّهُ
Ya Allah sesungguhnya aku mencintai dia, maka cintailah dia serta cintailah siapa yang mencin tainya. (HR. Muslim)[12]
E. Bid’ah-bid’ah yang timbul setelah terbunuhnya Imam Husain
Setelah Imam Husain terbunuh banyak bermunculan bidah-bidah yang dikait-kaitkan dengan perisiwa terbunuhnya, baik berkaitan dengan tempat atau waktu terbunuhnya Imam Husain. Banyak orang mulai mengadakan ritual an-Niyaahah (ratapan) pada hari terbunuhnya Imam Husain yaitu pada hari ‘Asyura (10 Muharram), penyiksaan diri, mendhalimi binatang-binatang ternak, mencaci maki para sahabat Nabi SAW dan mengada-adakan kedustaan-kedustaan dengan mengatasnamakan ahlul bait serta kemungkaran-kemungkaran yang jelas dilarang dalam sunnah Rasul-Nya. [13]
Sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
Artinya : Bukan dari golongan kami, orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek baju, dan menyeru dengan seruan-seruan jahiliyah. (HR. Bukhari) [14]
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ
Empat perkara yang terdapat pada umatku dari perkara perkara jahiliyah yang mereka tidak meninggalkannya: bangga dengan kedudukan, mencela nasab (keturunan), mengharapkan hujan dengan bintang-bintang dan meratapi mayit. (HR. Muslim)[15]
Beliau juga bersabda:
النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهَا سَرَابِيلُ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ
Perempuan tukang ratap jika tidak bertaubat sebelum matinya dia akan dibangkitkan di hari kiamat sedangkan atasnya pakaian dari timah dan pakaian dada dari nyala api neraka. (HR. Ahmad)[16]
F. Simpulan
Dari pemaparan data diatas dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain :
1. Tragedi Karbala terjadi pada tangal 10 Muharam tahun 61 Hijriyah
2. Imam Husain dilahirkan pada tahun ke-tiga Hijriyah
3. Imam Husain memiliki banyak keutamaan-keutamaan
4. Bid’ah-bid’ah yang timbul setelah terbunuhnya Imam Husain sangat bertentangan dengan syari'at

[1] Dipresentasikan dalam perkuliahan Sirah Nabawi, yang diampu oleh Prof. Dr. Muhammad Baharun, SH, MA
[2] Karbala adalah sebuah kota di Irak, jaraknya sekitar 100 km sebelah barat daya Bagdad, pada posisi 32°36′59.07″LU,44°01′55.95″BT. Karbala merupakan ibu kota Provinsi Al Karbala. Kaum Muslim Syi'ah menganggap Karbala sebagai salah satu tempat suci, di bawah Mekah dan Najaf. Di kota ini terdapat Mashad al-Husain, makam Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad. Makam Husain adalah tempat ziarah bagi kaum Muslim Syi'ah, terutama pada perayaan mengenang pertempuran Hari karbala atau Asyura. Lokasi lain yang dikunjungi kaum Syi'ah ialah al-Makhayam, dahulu dipercayai sebagai tempat kamp Husain, di mana keberanian Husain dan pengikutnya diperingati secara umum. Kaitannya yang erat dengan Syi'ah Islam menjadikan Karbala sebagai pusat instruksi dan penyebaran keagamaan; di karbala sedikitnya mempunyai 100 masjid dan 23 madrasah, di antaranya milik ulama terkenal, Ibnu Fahid, yang dibangun 440 tahun lalu. Didownload dari http://id.wikipedia.org/wiki/Karbala.tgl 06-12-2008
[3] Tragedi Karbala terjadi pada tangal 10 Muharam 61 H, ibid
[4] Cholil, K.H, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhamad, jld 3, Jakarta, Gema Insani Press, 2001, h 338
[5] Didownload dari http://soaljawab.wordpress.com, tgl 06-12- 2008
[6] Op.cit, h 338
[7] Didownloud dari http://abatasya.net/tragedi-karbala. tgl 29-12- 2008
[8] Imam Tirmidzi, Musnad Tirmidzi, Maktabah Syamilah , keyword رَيْحَانَتَايَ مِنْ
[9] Ibid, keyword سيدا شباب
[10] Ibid,keyword من حسين
[11] Imam Bukhori, Shohih Bukhori, Maktabah Syamilah, keyword فأحبه
[12] Imam Muslim, Musnad Muslim, Maktabah Syamilah, keyword فأحبه
[13] Didownload dari http://soaljawab.wordpress.com, tgl 06-12- 2008
[14] Op.cit, keyword الخدود وشق
[15] Imam Muslim, Shohih Muslim, Maktabah Syamilah, keyword يتركونهن
[16] Imam Ahmad, Musnad Ahmad, Maktabah Syamilah, keyword النائحة إذا

Tidak ada komentar:

Posting Komentar